Selasa, 15 Maret 2016

Bosan Tenggelam Dalam Kesedihan


Aku sudah bosan
Bosan merasa kesepian
Entah itu dalam keramaian
Maupun dalam kesendirian

Aku sudah bosan
Bosan menangis
Bosan berpura-pura bahagia
Bosan menghindari tatapan orang lain
Bosan merasa tersingkir dan diabaikan
Bosan menjadi lemah
Bosan menjadi pengecut
Bosan selalu dibodohi pertemanan

Aku ingin pulang
Aku hanya ingin pulang
Membawa mama dan papa
Membawa keluarga kecilku
Bersamaku
Pulang
Kembali kepada kebahagiaan

Gadis Kecil

Ada sebuah kisah tentang seorang gadis kecil
Panggil saja namanya gadis
Gadis sangatlah polos dan penuh dengan semangat
Gadis selalu mengenakan potongan topeng pada wajahnya
Semua orang menyukai sang Gadis dengan topengnya
Dan Gadis pun banyak berteman dengan sekitarnya

Suatu ketika, Gadis menampilkan terlalu banyak emosi
Amarah, takut, kesedihan, kebahagiaan
Dari setiap emosi yang Ia lontarkan
Ia akan melepaskan potongan topengnya satu per satu
Sampai akhirnya, dia tak lagi memiliki apapun untuk menutupi wajahnya

Semua orang mulai melihatnya dengan cara yang berbeda
Mereka tidak dapat menerima Gadis seperti itu
Mereka lebih suka Gadis dengan topengnya

Dimulai dari lingkungannya
Menunjuk-nunjuk dirinya
Seolah sang gadi adalah lumpur yang menempel pada porselen mewah
Mereka berbisik bisik kasar di depan Gadis
Lalu teman-temannya mulai menjauhinya
Mereka malu berteman dengan Gadis
Membencinya.
Meneriakinya
Mendorongnya jatuh ke tanah
Ketika Gadis ingin bangkit, Mereka menahan Gadis agar tetap terpuruk di atas tanah
Meringkuk di atas tanah yang keras dan dingin dalam dunia yang gelap. 

Gadis merangkak di atas tanah
Sendirian
Menunduk tak berani menatap langit
Padahal langitlah sahabat setianya
Gadis begitu menyayangi langit
Tapi Gadis tak berani lagi mengangkat wajahnya untuk menatap langit
Terlalu malu kata Gadis

Lalu Gadis menyusuri jalan setapak
Jalan setapak itu sangatlah indah
Dikelilingi bunga dengan beraneka bentuk dan warna
Tapi bagi Gadis, semuanya kelam.
Bahkan dunianya begitu gelap
Gadis tak dapat melihat apapun

Sampai akhirnya, tangannya menyentuh sebuah topeng yang teronggok di tanah
Gadis memakainya
Semua orang kembali di sisinya
Semua yang meninggalkannya, kembali ke sisinya
Sejak saat itu, Gadis tidak ingin melepaskan topengnya
Walaupun semua orang menyukainya
Tapi dia tetap merasa gelap
Dunianya tetap gelap

Yang berwarna dalam dunianya hanyalah langit
Langit sang sahabat sejatinya

Ketika Gadis tersesat dalam dunianya yang gelap,
Orang-orang mulai berkomentar
"Wahai Gadis! Jadilah seperti ini. Apa yang kamu lakukan itu salah!!
BODOH!! Bukan seperti itu!! Berhenti melakukan itu!!"
Tetapi mereka bukanlah Gadis
Dan Gadis bukanlah mereka

Ada pula yang berkata kepada Gadis
"Gadis, kamu kenapa? Apa masalahmu? Ceritakan pada kami!! Kami adalah temanmu"
Lalu ketika Gadis menceritakan masalahnya, mereka seolah-seolah mendapatkan tropi.
Gadis merasakan kepedulian yang semu

Gadis ingin berteriak
"BERHENTI!! KALIAN SEMUA MENYAKITIKU! BERHENTI"
Tapi tak ada kata yang berani keluar dari mulut sang Gadis
Tertahan begitu saja di ujung lidah
Kalimat itu terlalu takut mengakibatkan hal buruk lainnya
Mereka sudah menyakiti Gadis, tapi Gadis tidak berani melakukan apapun
Menerima dan membiarkannya saja
Hati Gadis mengerang
'Selamatkan aku…"
Tapi tak ada yang mendengarnya, karena kata-kata itu tidak pernah keluar.

Gadis tak bisa lagi percaya dengan orang yang menamakan diri mereka teman
Teman?
Teman hanya datang dan pergi.
Tapi mereka selalu datang membawa pisau dan mengiris perasaan Gadis
Biarkan saja Gadis menutup hatinya
Menyembunyikannya dalam brankas yang aman
Gadis hanya ingin melindungi hatinya

Sebetulnya
Hati Gadis yang terkurung itu merasakan kesepian
Dia sendiri dan meminta ditemani
Dia berteriak
TOLONG SELAMATKAN AKU
AKU TAKUT SENDIRIAN

Tapi tentu tak ada yang mendengar.
Biarlah, bertemankan sepi rasanya tidak terlalu menyakitkan bagi Gadis
Sayangnya cerita ini masih berlangsung dan belum diketahui akhirnya.
Untuk saat ini, happy ending berlum terlihat hilalnya.

Ketika Tiada Lagi Cahaya


Kaku,
Tangan ini mulai kaku untuk menulis
Tak bisa lagi mengurai kekusutan pikiran
Terlalu malu mengakui kelemahan diri

Tahan,
Tahan saja semua perasaan ini
Semua ketakutan yang berkecamuk dalam hati
Bersama kesedihan, kehinaan, kekecewaan, dan keputusasaan

Tahan saja air mata ini
Ketika mata mulai memanas
Ketika dada mulai terbebani
Ketika sesak mulai mencekik

Begitu sulitnya mengucapkan kata tolong
Bantu aku
Sang gadis kecil yang terkurung rapat
Dan tenggelam dalam gelap

Tolong,
Sang Cahaya mulai menghilang
Lelah selalu didominasi kegelapan
Muak menampilkan cahaya yang palsu

Tolong aku,
Kalimat yang selalu tertahan di penghujung dada
Sang pengecut tak pernah berani memuntahkannya
Pada akhirnya, hanya kesepian yang menghampiri