Hai! Kali
ini aku ingin berbagi kisah kepada kalian. Ini tentang cinta pertamaku.
Entah
sejak kapan aku mulai mencintai dia. Yang jelas semenjak aku kecil, aku sudah
menyukai dia. Sangatsangatsangatsangatsangat menyukai dia. Aku masih ingat.
Ketika aku masih SD, aku sering meluangkan sore hariku hanya untuk bertemu
dengannya. Tak pernah sekalipun aku merasa bosan bertemu dengannya. Oh ya, apa
kalian tau tempat favoritku untuk bertemu dengannya? Di atap rumah tetangga.
Lho kenapa tetangga? Hahaha. Tentu saja! Karena rumahku dulu tak memiliki atap.
Serius lho.. Rumahku yang dulu itu dua tingkat. Tingkat keduanya dibiarkan
begitu saja tanpa atap. Ada kolam ikan juga tanaman hias disana. Semacam taman
ekslusif milik keluarga kami. Hehe. Dan bertemu dengannya akan lebih
menyenangkan di atap rumah tetangga. Aku bisa lebih puas bersama dengannya.
Seringkali
aku membawa buku dan membaca bersamanya. Atau hanya tiduran sembari
memandangnya. Ketika aku bertengkar dengan saudaraku, atau dimarahi orangtuaku,
aku akan bertemu dengannya. Melampiaskan segala emosiku kepadanya. Aku tak
pernah malu untuk memperlihatkan kelemahanku di hadapannya. Ah begitu
menenangkan bersamanya. Tapi aku takut ketika dia marah, aku lebih baik diam di
kamar sampai amarahnya itu reda. Dia menyeramkan sekali lho kalo marah. Ketika
dia menangis, aku selalu mengajaknya bermain. Aku begitu menyukainya. Bahkan di
kala dia menangis, aku berusaha untuk tetap bersamanya. Bermain dengannya. Dan,
asal kalian tau ya, aku suka sekali menyentuh air matanya. Tes tes tes..
Aku
tumbuh dengan kecintaan yang semakin besar terhadapnya. Aku selalu berusaha
meluangkan waktuku untuk bertemu dengannya. Sekalipun aku pindah rumah, aku
tetap bertemu dengannya. Tentu tak bisa lagi di tempat favorit kami itu.
Seiring bertambahnya umurku, aku merasakan beban hidup yang semakin besar.
Masalah-masalah datang menghampiriku. Tapiiii, ketika aku bersamanya, aku
merasakan kedamaian yang begitu dalam.
Waktu pun
berlalu..
Aku
merasakan ada yang aneh dengannya. Sepertinya dia sakit. Sakit itu sepertinya
semakin parah. Hmm, ini pasti karena orang-orang itu. Mereka menyakiti dia.
Mereka cemburu terhadap dia yang begitu indah. Dia yang begitu disukai banyak
orang itu. Perbuatan mereka itu membuat dia semakin suram dari hari ke hari.
Sekalipun dia sangat tegar, tapi tentu saja, perlakuan mereka yang kejam itu,
membuatnya tak bisa tetap ceria.
Sungguh, aku tak bisa berbuat apa-apa untuk itu. Aku tak bisa
menghentikan mereka. Mereka banyak sekali. Dan aku sendirian. Aku hanya
berusaha menjadi orang yang tidak menyakitinya. Cepatlah sembuh… aku rindu
dengan keceriaanmu itu.
Lalu
lembar hidupku berganti..
Aku harus
pindah ke Padang untuk kuliah. Dan disini aku tak bisa lagi bertemu lagi
dengannya. Aku meninggalkannya dalam keadaan sakit. Maafkan aku.. Di padang
ini, aku menemukan penggantinya. Mirip sekali dengannya, hanya saja dia yang di
Padang ini lebih ceria. Tidak suram sepertinya kini. Sekali pandang saja, aku
tahu aku sudah jatuh cinta. Tak bosan aku memandang wajahnya. Banyak sekali
kebersamaan kami yang aku simpan dalam foto maupun video. Aku ingin
menunjukkannya kepada keluargaku di kampung.
Sekali
lagi..
Dia yang
kucintai itu selalu saja menjadi sakit. Ini ulah mereka. Awalnya dia menjadi
suram. Tapi lama-lama, orang-orang yang cemburu itu, memaksa kami berpisah.
Sakitnya semakin parah. Mereka yang ini lebih kejam. Benar benar jauh lebih
kejam. Egois!! Hanya memikirkan kepentingan pribadinya. Tak peduli kalo itu
sudah menyakiti yang lain. Dia sakit begitu parah karena mereka!! Entah kapan
penderitaannya akan berakhir? Aku rindu melihatnya. Karena dia pelipur laraku.
Ketika sedih menghujam hati ini, aku masih mampu mendongakkan wajahku. Untuk
bertemu dengannya. Kini, aku tak bisa bertemu dengannya. Mereka yang berulah
itu, menghalangiku untuk bertemu dengannya. Aku tak bisa bertemu dengan pelipur
laraku itu saat ini. Mungkin sudah tiga bulan kami tak bertemu
Apa
kalian tau siapa dia? Haha. Tidak ada yang tidak mengenal dia. Tentu saja!!
Semua orang di belahan dunia manapun bisa melihatnya. Perkenalkan, namanya
Langit… dan dia sakit. Asap membuatnya tak lagi seceria dulu. Entah itu di
Jakarta dengan asap polusinya, atau di Padang dengan asap kebakaran ini.
Bisakah aku meminta bantuan kalian untuk membuat mereka ceria kembali?
NB : Sekarang langit di Padang udah cerah seperti biasanya. Indah...
Tadinya kukira hujan, ternyata kmu lebih suka langit. Awan??
BalasHapus